BAB I
PENDAHULUAN
Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Jika kalian sedang
bertiga, jadikanlah salah seorang sebagai pemimpin”. Hadits tersebut
mengisyaratkan bahwa kedudukan pemimpin sangat urgen, karena berfungsi
mengarahkan segala aktivitas kepada tujuan tertentu. Jika suatu kelompok tidak
memiliki pemimpin, semua kehidupannya tidak akan terarah dan hidup menurut
kemauan masing-masing.
Kepemimpinan berdiri di atas dasar
kepercayaan. Saat kepercayaan rapuh, maka pemimpinnya akan segera runtuh. Sama
halnya dengan sebuah kepemimpinan dalam pendidikan yang berdiri atas
dasar kepercayaan. Maka dari itu, hal yang paling mendasar dan terpenting ketika menjadi seorang pemimpin adalah memberikan kepada anggota atau bawahannya. Karena dengan cara seperti itulah seorang pemimpin akan disegani dan dihormati dalam sebuah organisasi. Biasanya tipe kepemimpinan seseorang tergantung pada gaya orang tersebut.
dasar kepercayaan. Maka dari itu, hal yang paling mendasar dan terpenting ketika menjadi seorang pemimpin adalah memberikan kepada anggota atau bawahannya. Karena dengan cara seperti itulah seorang pemimpin akan disegani dan dihormati dalam sebuah organisasi. Biasanya tipe kepemimpinan seseorang tergantung pada gaya orang tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin dalam dunia pendidikan harus memiliki karakteristik
atau gaya memimpin yang pada akhirnya adalah memberikan kepercayaan kepada
anggotanya demi terciptanya tujuan organisasi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN TIPE TIPE KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Menurut kamus Besar Bahasa
Indonesia tipe adalah gaya, model, atau corak dari suatu objek. Pada pembahasan
ini tipe merupakan gaya atau model kepemimpinan seseorang dalam memimpin suatu
hal tertentu.
Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan
manusia dalam kehidupan. Secara etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pimpin” yang jika mendapat awalan
“me” menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan
jalan dan membimbing. Perkataan lain yang sama pengertiannya adalah mengetuai,
mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat
mengerjakan sendiri. Adapun pemimpin berarti orang yang memimpin atau mengetuai
atau mengepalai. Sedang kepemimpinan menunjukkan pada semua perihal dalam
memimpin, termasuk kegiatannya. [1]
Kepemimpinan
adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi
otomatis di antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin
(ada relasi inter-personal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas dasar
kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain
guna melakukan sesuatu demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan demikian, pemimpin tersebut ada apabila terdapat satu
kelompok atau satu organisasi.[2]
Sebelum
menjelaskan tentang tipe-tipe kepemimpinan, berikut ini adalah beberapa
definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli.[3]
1. Harsey dan Blachard (1969:85)
mengemukakan pandangan George R. Terry yang berpendapat bahwa kepemimpinan
adalah aktivitas mempengaruhi orang lain untuk secara sukarela berjuang
mencapai tujuan kelompok.
2. Harold Koartz dan Cyril O’Danneli
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah upaya memengaruhi orang untuk ikut serta
dalam pencapaian suatu tujuan bersama.
3. Menurut Harsey, kepemimpinan merupakan
suatu proses upaya memengaruhi aktivitas-aktivitas seseorang dalam usaha
pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam prosesnya, ada
interdependensi antara tiga unsur
utama, yakni : (1) pemimpin, (2) pengikut, dan (3) situasi kepemimpinan merupakan
fungsi dari ketiga unsur tersebut.
4. Fred E. Fiedler dalam Wahjosumidjo
(1984:21-29) bahwa kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan
membuat keputusan. Kepemimpinan, adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok
yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem yang saling berkaitan.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah orang yang memilki kelebihan untuk
mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan
mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan.
1) Gaya
kepemimpinan Partisipatif atau Demokratis
Merupakan gaya kepemimpinan yang menitik beratkan pada usaha
seorang pemimpin dalam melibatkan partisipasi para pengikutnya dalam setiap
pengambilan keputusan. gaya kepemimpinan paratisipatif adalah pemimpin
pendidikan yang melibatkan partisipasi guru, siswa, dan staf administrasi dalam
setiap pengambilan keputusan, baik aturan penididikan maupun putusan – putusan
lain.
Keuntungan - keuntungan yang diperoleh dari gaya
kepemimpinan partisipatif adalah:
a. Konsultasi
kebawah dapat digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas keputusan dengan
menarik keahlian yang dimilki oleh para pengikut, sehingga para pengikut akan
dapat menerima semua keputusan yang diambil serta dapat menjalankannya.
b. Konsultasi
lateral, pemimpin melibatkan serta orang – orang dalam berbagai sub unit untuk
mengatasi keterbatasan kemampuan yang dimilki pemimpin,
c. Konsultasi
ke atas, memungkinkan seorang pemimpin untuk menaruh keahlian seorang atasan
yang berkemampuan lebih dari manajer.
2) Gaya
Kepemimpinan Otokratik
Kepemimpinan otokratik lebih menitikberatkan pada otoritas
pemimpin dengan mengesampingkan partispasi dan gaya kreatif para pengikutnya.
Gaya kepemimpinan pendidikan yang otokratif sangat mengesampingkan peran serta
kemampuan guru, siswa, dan staf adminisrtasi dalam setiap kebijakan yang
ditempuhnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang
bergaya otokratif mempunyai berbagai sikap,diantaranya :[4]
a. Memperlakukan
para pengikut sama dengan alat – alat lain dalam oraganisasi, sehingga kurang
menghargai harkat dan martabat mereka.
b. Mengutamakan
orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan
tugas tersebut dengan kepentingan dan kebutuhan para pengikut.
c. Mengabaikan
peranan para pengikut dalam proses pengambilan keputusan.
Kepemimpinan otokratik dengan menggunakan “ kepemimpinan
klasik “. Kepatuhan pengikut terhadap pemimpin merupakan corak gaya
kepemimpinan otokratik. Para pemimpin dengan gaya otokratik menjadikan tujuan
organisasi identik dengan tujuan pribadi. Dilihat dari perspektif
kepemimpinannya seorang pemimpin otokratik adalah seseorang yang sangat egois.
Dengan egoisme yang demikian besar seorang pemimpin otokratik melihat perannya
sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasianal. Seoerang pemimpin
yang otokratik cenderung menganut nilai oraganisasional yang berkisar pada
pembenaran segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.
3) Gaya
Kepemimpinan Lezess Faire
Kepemimpinan laissez faire, juga disebut sebagai
kepemimpinan liberal, merupakan suatu pola pengabaian (abrogation) sehingga pemimpin berusaha menghindari tanggung jawab
terhadap pengikutnya. Dalam proses pengambilan keputusan pemimpin tidak
mengarahkan dan memberikan perintah kepada para pengikutnya menentukan sendiri.
Ia bisa jadi hanya mengamati dan memerhatikan tanpa berpartisipasi langsung.
Seorang pemimpin yang liberal menyebabkan para pengikutnya menjadi manusia yang
penuh kreatif, dan dapat menentukan pilihannya masing-masing dalam mencapai
tujuannya. Interaksi dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin tipe ini tidak
ada sama sekali karena ia menganut sikap yang tak acuh terhadap pengikutnya dan
menghindari tanggung jawab terhadap mereka.[5]
Karakteristik utama pada gaya kepemimpinan Lezess Faire
meliputi : persepsi tentang peranan, nilai – nilai yang dianut, sikap dan
hubungannya dengan para pengikutnya, perilaku organisasi dan gaya kepemimpinan
yang biasa digunakan. Pemimpin pendidikan yang menggunakan gaya lezess faire
akan memberikan kebebasan yang sangat longgar terhadap guru, staf administrasi
dalam menjalankan tugas serta mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan.[6]
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire
seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan
kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Disini
seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi
dalam arti keliru, karena demokrasi seolah–olah diartikan sebagai kebebasan
bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat dan kebijakannya
masing-masing.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga
yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata disebabkan karena kesadaran
dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari
pemimpinnya.
4) Gaya
Kepemimpinan Transformatif
Kepemimpinan transformasional berorientasi kepada proses
membangun komitmen menuju sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada
para pengikut untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu. Berbagai bentuk gaya
kepemimpinan tersebut terimplementasi dalam melakukan semua kebijakan
pendidikan yang meliputi antara lain mengakadakan pembinaan terhadap semua
personel pendidikan, pelaksanaan program – program pendidikan, serta berbagai
bentuk realisasi program itu sendiri.[7]
Didalam gaya kepemimpianan transformatif terdapat beberapa
hal, yaitu:
a) Kepemimpinan
yang memberi transformasi
b) Dimensi
kepemimpinan transformasional
5) Gaya
kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi
oleh banyak pengikut.Pada tipe ini mempunyai karakteristik yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya
kadang- kadang sangat besar, jelasnya tipe karismatis adalah seseorang yang
dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu
dapat menjelaskan secara nyata mengapa orang tertentu itu sangat dikagumi.
Penampilanya bukan merupakan ukuran yang berlaku karena ada
pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang karismatis kalau dilihat dari
penampilanya sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya tarik.
Ciri- ciri pemimpinan yang karismatis ini ialah:
a. Mempunyai
daya tarik yang sangat besar
b. Pengikutnya tidak bisa menjelaskan, mereka tertarik pada
pemimpin
c. Seolah
– olah mempunyai kekuatan gaib( supernatural power).
d. Karisma
yang dimiliki tidak terpaut oleh umur, kekayaan, kesehatan, ataupun oleh
wajah.Tipe ini banyak terdapat di masyarakat yang masih tradisional, umumnya di
masyrakat yang agraris.
6) Gaya
Kepemimpinan Paternalistis
Ciri –ciri tipe ini ialah:
a. Bersikap
mempunyai wawasan yang luas.
b. Menutup
kesempatan pada bawahan untuk berkreasi dan berfantasi.
c. Bersifat
terlalu melindungi.
d. Menganggap
bahwa bawahan tidak dewasa
e. Jarang
memberi kesempatan untuk memberikan keputusan.
Persepsi seorang pemimpin ini tentang perananya dalam
organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya.
Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan
sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat
bertanya dan untuk memperoleh petunjuk.
Seorang pemimpin yang bertipe ini biasanya mengutamakan
kebersamaan. Ini terlihat jelas dari slogannya yaitu seluruh anggota organisasi
merupakan anggota satu keluarga besar. Berdasarkan nilai kebersamaan itu, dalam
organisas yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang paternalistik kepentingan
bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula. Artinya, pemimpin
yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan
kerja terdapat di dalam organisasi seadil dan serata mungkin. Dalam organisasi
demikian tidak terdapat penonjolan orang atau kelompok tertentu, kecuali sang
pemimpin dengan dominasi keberadaannya.
7) Gaya
Kepemimpinan Militeristis
Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang
lazim digunakan dalam kemiliteran. Ciri- ciri gaya ini adalah
a. Disiplin
yang tinggi dan bersikap kaku.
b. Menggunakan
upacara- upacara untuk berbagai keadaan.
c. Formalitas
yang berlebih-lebihan.
d. Sukar
menerima kritik dan saran.
e. Senang
bergantung pada pada pangkat jabatannya.
8) Gaya
Kepemimpinan Visioner
Pemimpin fisioner mengartikulasikan kemana kelompok
berjalan, tetapi bukan bagaimana cara mencapai tujuan membebaskan orang yang
berinovasi, bereksperimen, dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.[8]
Adapun ciri – ciri
pemimpin Visioner,yaitu menggunakan inspirasi bersama dengan tritunggal EI,
yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, dan empati, pemimpin fisioner akan
mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras
dengan nilai bersama orang – orang yang dipimpinnya.
Berbeda dengan tipe
- tipe kepemimpinan yang dijelaskan sebelumnya adalah gaya trilogy kepemimpinan
yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yang kemudian sejak tahun 1979
digalakkan menjadi kepemimpinan Pancasila. Effendy (1991:35-38) membahas secara
khusus mengenai tipe kepemimpinan khas Indonesia sebagai “trilogi
kepemimpinan”, yaitu cara memimpin dengan memadukan tiga tata kelakuan
kepemimpinan :[9]
1.
ing ngarso sung tulodo, (berarti didepan memberi teladan)
2.
ing madya mangun karso; (berarti ditengah menciptakan peluang berkarya)
3.
tut wuri handayani. (berarti dari belakang memberikan dorongan dan arahan)
Efektifitas
tipe trilogy kepemimpinan tersebut terjadi apabila pemimpin memiliki
kredibilitas yang diindikasikan dengan kepemilikan :[10]
·
Kewibawaan;
·
Kejujuran,
·
Terpercaya,
·
Bijaksana,
·
Mengayomi,
·
Berani
mawas diri,
·
Mampu
melihat jauh kedepan,
·
Berani
dan mampu mengantasi kesulitan,
·
Bersikap
wajar,
·
Lugas
dan bertanggung jawab atas putusan,
·
Sederhana,
·
Penuh
pengabdian kepada tugas,
·
Berjiwa
besar, dan
·
Ingin
tahu (Effendi, 1991:36-37)
.
Apabila
disimpulkan berkaitan dengan tipe-tipe kepemimpinan di atas, dalam pendidikan,
tipe-tipe pemimpin yang baik adalah :[11]
1. Pemimpin yang demokratis yang diperankan
oleh semua pimpinan di sekolah dan pendidikan tinggi. Kepala sekolah harus
berjiwa demokratis sehingga kreativitas dan aspirasi para guru dan karyawan
sekolah tiak tertekan.
2. Pemimpin yang kharismatik, bahwa kepala
sekolah, guru dan semua pemimpin akademik harus memiliki kewibawaan dalam menjalankan
tugasnya.
3. Pemimpin yang memberi teladan bagi semua
bawahannya.
4. Pemimpin yang cerdas dan bijaksana dalam
mengambil keputusan.
5. Pemimpin yang sabar dan tegas
6. Pemimpin yang amanah dan bertanggung
jawab terhadap semua tugas dan kedudukannya.
7. Pemimpin yang sederhana, tidak
mengada-ngada dan pandai memanfaatkan segala yang ada dengan sebaik-baiknya.
Teori
perilaku (behavior theory) dalam
kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya (styles) kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Jones
Owens (dalam Soejono, 1995:18) menyatakan matrik gaya kepemimpinan dalam bentuk
suatu model analisis yang persisnya dapat dipandang sebagai model (standar) sehingga dalam matrik tersebut
dikelompokkan menjadi :[12]
1. Tipe pemimpin autokratis, yang memiliki
wewenang (authority) dari suatu
sumber (posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan;
2. Tipe kepemimpinan birokratis yang
dijalankan sesuai dengan kebijakan, prosedur organisasi, dengan berpandangan
bahwa kebijaksanaan tersebut merupakan absolute;
3. Tipe diplomatis, seorang diplomat adalah
senimah (artist), sebagaimana halnya
salesman, yang melalui seninya berusaha mengadakan persuasi secara pribadi;
4. Tipe partisipatif (participative leader), yang selalu mengajak, secara terbuka para
pengikutnya untuk berpartisipasi; dan
5. Tipe pemimpin yang disebut fee rein leader, seakan-akan seperti
menunggang kuda yang melepaskan kedua tali kendali kudanya. Oleh karena itu,
bahwa kepemimpinan yang terbaik bergantung pada : (1) kepribadian individual,
(2) para pengikut atau bawahan secara individual, (3) Situasi khusus si
pemimpin dan pengikut saling berinteraksi. Sehingga dari tiga hal tersebut akan
berakibat pada penentuan tipe kepemimpinan.
BAB
III
KESIMPULAN
Tipe – tipe kepemimpinan dalam pendidikan dapat diuaraikan
sebagai berikut:
1) Gaya
kepemimpinan Partisipatif atau Demokratis
2) Gaya
Kepemimpinan Otokratik
3) Gaya
Kepemimpinan Lezess Faire
4) Gaya
Kepemimpinan Transformatif
5) Gaya
kepemimpinan Karismatik
6) Gaya
Kepemimpinan Paternalistis
7) Gaya
Kepemimpinan Militeristis
8) Gaya
Kepemimpinan Visioner
Berbeda dengan tipe
- tipe kepemimpinan yang dijelaskan sebelumnya adalah gaya trilogy kepemimpinan
yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yang kemudian sejak tahun 1979
digalakkan menjadi kepemimpinan Pancasila. Effendy (1991:35-38) membahas secara
khusus mengenai tipe kepemimpinan khas Indonesia sebagai “trilogi
kepemimpinan”, yaitu cara memimpin dengan memadukan tiga tata kelakuan
kepemimpinan :
1.
ing ngarso sung tulodo, (berarti didepan memberi teladan)
2.
ing madya mangun karso; (berarti ditengah menciptakan peluang berkarya)
3.
tut wuri handayani. (berarti dari belakang memberikan dorongan dan arahan)
[1]Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), hlm. 769.
[2] Kartini
Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ? (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 5.
[3] Drs. Herabudin, M.Pd. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2009). Hlm. 218
[5] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[7] Sondang
P. Siagian ,MPA.prpf .DR. teori dan praktek kepemimpinan, PT Rineka
Cipta,Jakarta, 1999. Hal. 31
[8] Goleman,
Daniel. Richart Boyatzis, Annie McKee. Primal Leadership ” kepemimpinan
berdasarkan kecerdasan emosi”. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta:2004. Hal.67
[9] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[10] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[11]Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[12] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 219
Tidak ada komentar:
Posting Komentar